RAHSA KALBU
Ketika mentari dengan
cahaya yang dimiliki telah berganti dengan langit malam nan gelap dan juga
sunyi. Waktu semua lelah untuk diberi istirahat dan menyusun rencana di hari
esok beserta stamina untuk tetap tegak bertahan. Dingin malam ini menusuk
hingga nadi, tidak ada tanda bahagia di atas sana. Terlalu menyedihkan dan
begitu menyeramkan.
Gadis yang sedang tumbuh
dewasa itu, tidak merasa terganggu akan suasana hati langit malam itu. Dia
tetap menikmati waktu sendirinya, meratapi hatinya yang sedang berserakan.
“tolong tetap bertahan,
dan bekerja sama lah dengan aku. Aku tidak ingin melihat air terjun yang
mengalir di pipi, tapi aku ingin melihat sebuah pelangi di bibir dan juga cahaya
bintang di manik mata”
Gadis itu menyusun
remukan hati yang berserakan itu, dia susun satu persatu hingga semua nya
tampak seperti utuh. Dia ambil sebuah perekat dari setiap impian yang dia
punya, dia ikat lagi dengan semua motivasi yang diberikan padanya. Dia cuci
bersih bagian hati yang berwarna gelap dengan semua kenangan baik yang dia
miliki, dan dia lukis senyum memikat hati agar tidak ada lagi yang ia lukai. Perlahan
kedua bola mata itu tertutup dengan sisa aliran sungai digaris pipi yang dia
miliki. Ia menyudahi rasa sedihnya malam ini, dan kembali bahagia esok pagi.
Seorang lelaki bertubuh
tegap, miliki nayanika, dan juga lembah kecil dikedua pipinya. Sosok yang
miliki rasa sayang yang tidak dapat dijelaskan, bagaikan sayangnya api terhadap
kayu yang menjadikan abu. Lelaki yang tidak miliki sosok yang begitu menarik
dan tidak juga miliki raut wajah yang dapat mengalahkan Narkissos, akan tetapi begitu dikagumi dan juga disayangi oleh
seorang wanita melankolis yang tidak pandai mengungkapkan rasa dengan baik.
“Aku milik Mu” tanya
wanita itu ketika takdir memberi mereka waktu untuk menyelesaikan masalah dan
mengobati rasa sakit yang telah tercipta
“Iya kamu punya aku”
begitu cepat lelaki itu memberinya jawaban
“Aku tanya sekali lagi,
apakah Aku milik Mu?”
“Aku sudah jawab tadi”
ujar lelaki itu acuh
“Kalau begitu jangan
genit apalagi mempermainkan wanita”
“Kamu kan sahabatku. Kalo
kamu suka cowok juga enggak papa”
Percakapan yang
menerbangkan ke surga dan berakhir dijatuhkan ke dalam neraka, bagaikan bola
voli yang dilempar ke atas lalu di pukul pada saat melakukan servis. Terlalu
berharap lebih awal kepada seseorang yang dianggap rumah ternyaman untuk pulang
jauh lebih menyakitkan dari jatuh karena menarik gas yang tidak dapat
dikendalikan.
Saat itu hati yang telah
diusahakan untuk sembuh kembali runtuh, tidak lagi hanya berserakan yang dapat
disatukan dan disusun kembali. Tapi telah menjadi abu, yang tidak berbentuk.
Hasil dari usahanya untuk menunggu ternyata mengajarinya untuk tumbuh melalui
patah dan rapuh, harapan dan ketidakpastian. Yang pada akhirnya mematikan segala
indra pengecap yang dia punya, menghilangkan dirinya sesungguhnya dan juga
mengakibatkan nya tidak dapat membuka hati dan berpikir jernih.
“Aku belajar begitu
banyak dari sosok yang begitu aku harapkan kedatangan nya dahulu, dan begitu
kurindukan saat ini. Lelaki yang miliki pelukan hangat bagai sutra, dan miliki
nayanika yang begitu menggoda. Aku akan kembali belajar tanpa dirimu, dan
mencintaimu dari jauh kembali adalah jalan terbaik bagi hatiku. Kamu tidak
miliki hal yang begitu spesial untuk aku cintai, karena pada dasarnya aku
mencintai segala yang engkau punya. Tidak perlu memikirkan hati yang tidak
miliki bentuk ini lagi, karena hancurnya juga disebabkan ekspektasi aku yang
begitu tinggi dan lupa bahwa Tuhan aku Yang Maha membolak-balikkan hati manusia”
Wanita itu tidak marah,
atau bahkan merasakan sakit hati yang begitu berlebihan seperti sebelumnya. Dia
kembali berusaha menyusun dan membentuk kembali remahan hatinya yang tidak
miliki bentuk lagi, melukis senyum kembali untuk memberi bahagia dengan cahaya
yang dia punya, dan tidak lupa penambahan toping di kehidupan pendewasaannya IKHLAS. Dia tidak lagi berusaha untuk
mengembaliakan sesuatu dan memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan apa yang
pernah dia punya, tidak pernah baik hasil dari sesuatu yang dipaksakan.
Dun spiro,spero (selama aku bernapas, aku masih berharap), Castigat ridendo mores (tawa akan
memperbaiki moral). Dua pepatah bahasa latin yang dia pegang dan tanam di dalam
dirinya, untuk sembuh dari luka dan menutupi Rahsa Kalbu yang dia punya.
Semua rasa disimpan
didalam berangkas tersembunyi didalam diri, menjaga dengan baik agar tidak ada
yang akan terlukai. Akan tetap wanita itu usahakan menjaga semua hal yang tidak
pernah diketahui orang-orang, bahkan tembok pun tidak akan mengetahui apa yang
sebenarnya kalbunya rasakan, dan tidak akan ada kata yang dapat menjelaskan
dengan sempurna. Semua akan tetap menjadi milik nya dan hanya Tuhan tempat
curhat terbaik yang mengetahui segalanya.
-
S E L E S A I -
Mohon doa dan penilaiannya teman-teman, karena untuk blog ini aku ikutkan ke dalam lomba cerpen. Mohon doa, dan penilaian nya.π
Selamat menikmati 2021 dengan harapan baru, dan dilimpahi kemudahan serta kebahagiaan.
Blog 1 di 2021
jangan lupa komen dibawah sebagai jejak dan saran untuk aku ke depannya :)
Malam. Rabu. 6 januari 2021
23.47 WIB
-adsftri
✨❤️✨
BalasHapusNyesek bundaaa, dan ada beberapa part sukaa bangettπππ€²π€²
BalasHapus